Rara masih saja terbaring dalam tempat
tidurnya. Tak terasa sudah enam bulan,ia menikmati tidurnya,dan entah sampai
kapan dia akan bangun dari tidur yang panjang itu. Enam bulan yang lalu,Rara
dan papanya hendaak menjemput mama dan kembarannya yang sedang shopping di
mall. Namun na’as,diperjalanan mereka tertabrak oleh truck kontainer.
Kecelakaan itu membuat papanya pergi untuk selamanya.
” Ma,,sampai kapan Rara harus
menjalani komanya ini..?” Tanya Riri,saudara kembar Rara.
” Entahlah sayang..mama juga tak
tahu,kita hanya bisa menunggu keajaiban dan selalu berdo’a kepada Allah,agar
kakakmu bisa sadarkan diri.” Jawab mama.
” Andai saja,dulu kita tidak meminta
papa untuk menjemput..pasti semuanya tak seperti ini. Papa tidak
meninggalkan kita dan Rara tetap bisa bercanda dengan Riri.” Ucap Riri
menyesal.
” Tidak Ri,,,ini sudah merupakan
cobaan dan ujian dari sang pemberi hidup,kita tak bisa menyalahkan siapa-siapa
!!!!” Jawab mama,lirih.
Mama dan
Riri saling berpelukan dan air matapun turun dari mata mereka yang sipit.
Ting tung....ting tung...ting
tung...terdengar bel rumah berbunyi dengan nyaring,dan Bi. Isa membukakan
pintu. Ternyata Chiko yang datang. Chiko adalah sahabat Rara dan Riri dari
kecil.
”
Selamat pagi tante,Riri..?” sapa Chiko.
” Selamat
pagi Chiko.” sahut mama dan Riri.
”
Bagaimana kabar Rara tan,dan kenapa Rara dipindahkan kerumah??” tanya Chiko
ingin tahu.
” Kabar
Rara masih saja seperti dulu, dan tante merasa lelah menunggu Rara terbaring
dirumah sakityang tak ada tanda kemajuan sedikitpun.” jawab mama.
” Tapi,
apa tante tidak kerepotan???”
”
Tidak,,tante menyewa suster untuk merawatnya,lagipula suster hanya mengganti
infus yang habis saja kok..”
” Jadi,
Rara hanya dapat asupan dari infus saja.”
”
Ya,,,” jawab mama singkat.
”
Ya ko, aku juga khawatir dengan keadaan Rara, dia hanya bisa buang nafas saja,
dia belum bisa buang air ko...kasihan kan Rara !!!” ucap Riri.
”
Namanya aja koma,,pastinya gak buang air dong,,kamu ini ada-ada ajha.”
”
Hehehehehehe..iya ya..”
”
Saudaranya masih sakit kok,kamu malah bercanda gitu siihhh..”
********
Hari senin,
Riri sudah siap untuk pergi ke sekolah. Tiba-tiba ada suara klakson mobil. Ternyata
Chiko menjemput Riri.
” Ya
ampuun. .ngimpi apa aku semalem. Chiko tumben banget jemput aku.” ucap Riri
dalam hati. Dari dulu Riri memang suka sama Chiko. Dia senyum-senyum merasa
senang.
” Ri. .
Riri . .Ri..” panggil Xhiko.
“ Eeeh
iya iya. . ada apa ko.” tanya Riri gugup.
“ Dari
tadi dipanggil gak denger, lagu nglamunin siapa ssiiiih...senyam-senyum lagi.”
Goda Chiko.
“ Enggak
kok,nggak nglamunin siapa-siapa, kamu mau berangkat bareng aku kan ??”
“
Ya....ayo..” ajak Chiko.
Sampainya
disekolah,Riri terlihat bahagia.Temannyapun melihat keanehan dari diri Riri.
“
Woooooeeeeeyyyy. .. . kenapa loe Ri..?? bahagia bener kayaknya.” Ledek
Adel.Teman sebangku Riri.
“ Iiiiih
kamu del. . .ngagetin ajha. Aku gak apa-apa kok,biasa ajha.”
” Kagak
percaya gue neng. .loe kagak kayak biasanya.”
” Aku juga
gak tau del. Padahal, aku udah lama deket ma Chiko. .tapi tadi aku merasa seneng banget disampingnya.”
”
Aduuuuh. . bahaya. . .sobat gue udah ngrasain jatuh cinta, falling in love
gitu.”
” Apaan
siiih del...emangnya kalo kayak gini namanya jatuh cinta apa??”
” Yaa
eeelllah. . . .ni bocah. . masih kagak paham ajha..udah ah gue mau
sarapan..daaaaa.”
” Yaaah Adel...jelasin dulu dong..”
“ Apa itu namanya jatuh cinta
ya..ah,gak kmungkin banget,Chiko kan
sahabat aku dari kecil,masa mau aku embat..” rintih Riri dalam hati.
********
Seminggu
berjalan,Riri dan Chiko selalu berangkat sekolah bareng. Bahkan kalo mereka gak
ada acara,sering jalan bareng. Riripun merasakan tambah bahagia karen Chiiko.
Malam itu Riri tengah merenungkan perasaannya.
” Apa
aku yang harus ngomong dulu ke Chiko.Ah, tapi gengsi dong,masa cewek dulu yang
ngomong,aduuuh pasti malu banget.Tapi kalo aku gak ngomong,sampai kapan aku mau
nungguin Chiko.Ya. . kalo dia suka sama aku,kalau enggak???? Hemmmmm gimana
ya?”
********
Pagi itu
hari sabtu. Sekolah dipulangin cepet,soalnya ada rapat guru. Riri yang
pulang sama Chiko ngajakin Chiko jalan-jalan ke taman. Mereka duduk
dibangku,disamping tanaman bunga yang indah dan kupu-kupu yang hinggap diatas
kelopak bunga.
”
Suasana yang romantis ini,waktu yang tepat buat aku ngomongin perasaanku ke Chiko.”
ucap Riri dalam hati.
”
Chiko.”
”
Kenapa..?”
” Aku
mau ngomong.”
”
Halllah,,biasanya ajha langsung ngomong kok, ini malah izin dulu..mau ngomong
apa sih neng..?” ledek Chiko,sambil mencubit pipi Riri.
”
Chikoooo....aku serius tau.”
” oooh.
.ya udah,ngomong ajha.”
”
Sebenernya aku udah lama suka sama kamu ko..”
”
Hehehehehehehe. . . serius kamu Ri..”
” Jangan
bercanda terus donk..aku serius beneran niih.”
” Emmmm.
. gimana ya Ri. Aku hargai perasaan kamu kok. Tapi aku suka sama cewek
lain.”
”
Siapa??” tanya Riri penasaran.
” Nanti
juga kamu tahu kok. Ya udah ayo pulang,udah mau hujan niih.”
”
Chiko..jawab dulu. Siapa orangnya.”
” Udahh
ah..nanti juga tau.”
Chikopun
mengantarjan Riri pulang. Dirumah ada kejutan untuk Riri. Ketika Riri mengetuk
pintu,Raralah yang membukakannya. Spontan,Riripun kaget dan terkejut.
”
Surprise...” sambut Rara.
” Ya
Allah...kamu. . Rara.???” tanya Riri bingung.
Rara
hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya.
”
Alhamdulillah.” ucap syukur Riri sambil memeluk kakak kesayangannya itu.
” Sudah
pelukanya.” tanya mama.
”
Ma..kapan Rara sadar.” tanya Riri.
” Tadi
pagi,setelah kamu berangkat sekolah.”
” Mama
kok gak kasih tau Riri sih.”
” Inikan
surprise buat adikku tersayang.” lagi-lagi Rara yang menjawab.
Hati Riri pun begitu senang melihat
Rara sudah sehat seperti dulu lagi. Malam itu mereka tidur bersama untuk
melepas rindu. Hingga pagipun tiba,mereka berangkat sekolah bersama. Kebetulan
Chiko tidak menjemput Riri. Setibanya disekolah, teman-teman Rara pun histeris
melihat ia sudah sehat. Begitu pula Chiko, ia kaget dan gak nyangka. Tapi Chiko
merasa senang.
” Rara.”
panggil Chiko.
” Hai
ko.” sahut Riri.
” Aku
seneng kamu udah sehat, tapi kenapa gak ada yang ngasih tahu aku yah..?”
” Yeeeee. .
. mana sempet kita kasih tau kamu, seharian tu ya, kita saling melepas rindu.”
srodot Riri.
” Paling
Cuma telfon atau gak sms ajha kok gak bisa.”
” Gak.”
jawab Riri lantang.
Tet...tet...tet...bel
pulang sekolah berbunyi.
”
Ra...kamu pulang naik TAXI yah, mobilnya mau aku bawa kerumah Adel.” kata Riri
” Ya
udah, tapi kamu hati-hati ya.”
” Kamu
pulang sama aku ajha Ra.” sahut Chiko.
” Iya.
.iya. .bener tuh. .aku nitip Rara ya ko. Jangan sampe kamu apa-apain.”
”
Siiiippp.. . ya udah. .ayo Ra.” ajak Chiko
” Ayo.”
jawab Rara.
Di
perjalanan, tiba-tiba Chiko memberhentikan mobilnya di taman.
“ Lhoo.
.kenapa kita kesini ko.” tanya Rara bingung.
” Aku
mau ngomong sama kamu Ra, aku gak mau terlambat, aku udah nunggu kamu lama
banget. Aku udah mendam perasaanku selama kammu koma. Aku cinta kamu Ra, aku
sayang kamu, dan aku mau kamu jadi pacar aku.”
” Tapi
ko. .apa kamu yakin..kalo kamu beneran mau jadi
pacarku.”
” Hem.”
” Ya udah.
.aku mau kok.“
Sudah
sebulan Rara dan Chiko menjalin kasih. Tapi Riri belum tau tentang itu. Sampai Riri
menemukan kejanggalan dari diri mereka berdua. Chiko jarang jemput Riri, Rara
jarang curhat. Riri pun kebingungan dan akhirnya ia menemui Rara dan Chiko
sedang berpacaran di taman sekolah.
” Kenapa
mereka terlihat mesra yah. .apa mereka. . ??? ah gak mungkin kalo mereka
pacaran. Kata Chiko, aku tau orang yang dia suka. .apa orangnya Rara yah. .
huuufft.” rintih Riri galau.
Suatu
malam Rara bercerita kepada Riri, bahwa Rara sudah jadian sama Panca. Panca
adalah anak Kepala Sekolah mereka.
” Jadi.
. .kamu gak pacaran sama Chiko.” tanya Riri.”
” Emmmm.
. ..”
”
Kenapa, kamu kok kelihatan bingung.”
” Engak
kok, aku gak pacaran sama Chiko.” jawab Rara gugup.
” Aku
kira, kamu pacaran sama Chiko.
Keesokan
harinya, ketika Riri sedang jogging. Riri bertemu dengan Chiko.
Chiko bercerita bahwa ia sudah satu bulan jadian sama Rara.
Riri jadi bingung, mana yang bener akan omongan Rara. Antara Chiko atau Panca
????
” Tapi ko.
. semalem Rara bilang, kalo dia udah jadian sama Panca. Tapi kamu bilang,
kamu udah satu bulan sama Rara. Mana yang bener siih?” tanya Riri.
” Kamu
serius Ri..” jawab Chiko heran.
„ Yaaa.“
Chiko
langsung berlari menemui Rara. Ia ingin mendapat
penjelasan dari Rara. Kenapa ia katakan seperti itu pada Riri.
” Maksud
kamu apa Ra. .” tanya Chiko serius.
” Maksud
gimana.”
” Kata
Riri, kamu jadian sama Panca. Padahal kamu kan pacar aku Ra.”
” Oke.
.sekarang waktunya aku jujur sama kamu..aku emang gak suka sama kamu. Aku Cuma
pingin kamu sadar, bahwa cewek yang bener-bener cinta sama kamu, itu Cuma Riri..
.tapi kenapa kamu gak tau itu.”
” Aku
emang cinta sama Chiko. .aku pingin lihat dia bahagia, dia gak mungkin
bahagia,jika dia pacaran sama orang yang gak dia sayang. . .Chiko udah seneng pacaran sama
kamu Ra..tapi kenapa kamu lakuin ini.” ucap Riri yang sedari tadi mendengarkan
pembicaraan Rara dan Chiko.
” Ma’afin
aku Ri. .kalo ini semua salah. Tapi aku lakuin ini Cuma buat kamu.” jawab Rara.
” Buat
aku sih iya. . tapi enggak buat Chiko. Kamu gak sadar, kalo pengorbanan Chiko
ke kamu begitu besar. .kamu gak ngehargai itu. .kamu malah nyakitin orang yang
udah tulus cinta sama kamu.”
” Aku
gak nyangka Ra..kamu bakal nglakuin ini ke aku. .aku udah salah pernah suka
sama kamu, aku salah udah cinta sama kamu. . kamu Cuma bisa mempermainkan hati
aku.” sahut Chiko kecewa.
Mereka
bertiga hanya berdiam diri tak ada yang mau berbicara. Chiko kecewa dengan
perlakuan Rara. Rara merasa bersalah dengan semua rencananya yang ternyata
salah. Serta Riri yang gak nyangka saudara kembarnya itu tega melukai hati
orang yang Riri cinta. Cinta yang tulus di berikan kepada orang yang kita
sayang, belum tentu mendapat balasan tulus cinta. Bahkan tulus cinta kita bisa
dibalas dengan luka.
"Cinta yang tulus diberikan kepada orang yang kita sayang,
belum tentu mendapat balasan oleh tulus cinta kita. Bahkan tulus cinta yang
kita berikan bisa dibalas dengan luka yang begitu menyakitkan".
THE END
kasih itu benar kali mbak
BalasHapusmanyusssssssss
BalasHapus