MAKALAH
KONFORMITAS DALAM KELOMPOK DAN
PENYIMPANGANNYA
Makalah ini dibuat
untuk melengkapi tugas Dinamika Kelompok
Di susun oleh:
Nama :
ZYDA RIZQIA NUR
NPM :
1111500171
Kelas :
2C
Fakultas :
FKIP
Progdi :
Bimbingan dan Konseling
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
UNIVERSITAS PANCA SAKTI TEGAL
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Perilaku individu atau sekelompok individu yang tidak sesuai dengan nilai
dan norma yang berlaku secara umum dalam masyarakat sering terjadi dalam
kehidupan kita sehari-hari. Teori ini dikemukakan oleh Edwin M. Lemert,
menururtnya seseorang berperilaku menyimpang karena proses labeling yang di
berikan masyarakat kepadanya. Labeling adalah pemberian julukan, cap, atau
etiket kepada seseorang. Pada awalnya seseorang melakukan “penyimpangan primer”
karena itu sang pelaku penyimpang mendapatkan cap (labeling) dari masyarakat.
Karena adanya label tersebut, maka sang pelaku mengidentifikasikan dirinya
sebagai penyimpang dan mengulangi lagi penyimpangan itupun menjadi suatu kebiasaan atau gaya hidup bagi pelakunya.
Sebagai manusia yang cenderung bersifat konformis, maka dia berusaha
menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya, baik tingkah laku maupun pendapat. Dalam
kelompok orang cenderung membentuk suatu norma sosial, yang merupakan suatu
bentuk sikap penyesuaian diri seseorang dalam masyarakat/kelompok, karena dia
terdorong untuk mengikuti kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang sudah ada.
B.
TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang Komformitas dan
Penyimpangan dalam kelompok.
C.
METODE PENULISAN
Penulisan makalah menggunakan studi kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan
berbagai referensi yang berkaitan dengan pembahasan makalah ini.
1
BAB II
PEMBAHASAN
I.
Konformitas dalam kelompok
- Pengertian Konformitas
Muzafer Sherif (1966) yang dikutip oleh Zanden (1979) melakukan
eksperimen di Colombia University, para subjek penelitian adalah 2 orang
mahasiswa yang diminta memperkirakan jarak gerak suatu titik cahaya di layar
dalam suatu ruang gelap. Dikala eksperimen dilakukan dengan masing-masing
subjek yang terpisah, jawaban-jawaban yang diberikan cenderung berbeda satu
dengan yang lain. Namun manakala eksperimen dilakukan dengan beberapa orang
subjek sekaligus dan para subjek di mungkinkan untuk saling mempengaruhi, maka
jawaban subjek cenderung sama. Dari eksperimen ini Sherif mnyimpulkan bahwa
dalam situasi kelompok orang cenderung membentuk suatu norma sosial.
Dari hal itu pula disimpulkan bahwa menurut M. Sherif, Konformitas
berarti keselarasan, kesesuaian perilaku individu-individu anggota masyarakat
dengan harapan-harapan masyarakatnya, sejalan dengan kecenderungan manusia
dalam kehidupan berkelompok membentuk norma sosial. Contoh: Pola memberi
sumbangan, pelanggaran lalu lintas,dll.
Dari uraian mengenai berbagai pengertian “konformitas” diatas, dapat
disimpulkan bahwa konformitas adalah suatu bentuk sikap penyesuaian diri
seseorang dalam masyarakat/kelompok karena dia terdorong untuk mengikuti
kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang sudah ada.
- Jenis Konformitas
a.
Compliaance :
Konformitas yang benar-benar bertentangan dengan keinginan kita, dialkukan
untuk mendapatkan hadiah atau menghindari hukuman.
b.
Acceptance :
Konformitas yang di lakukan karena adanya beberapa hal yang di jadikan sebagai
alasan.
- Kapan manusia melakukan konformitas?
a. Ketika keputusan sudah dibuat atau pokok bahasan yang dibicarakan dirasa tidak kompeten.
b. Konformitas tinggi pada saat tiga atau lebih orang dalam grup kohesif
unanifmous mempunyai status sosial yang tinggi.
( kohesi = merasa/ mengingat,
unanimous= kesepakatan ).
- Alasan orang melakukan konformitas
a. Keinginan sesesorang untuk
memenuhi harapan orang lain atau mengupayakan penerimaan/penyesuaian diri
b. Perilaku orang lain
memberikan informasi yang bermanfaat.
5. Hal-hal yang mempengaruhi adanya
konformitas ( David O. Sears, Jonathan L
. Freedman, L. Anne Peplau).
a. Kurangnya
Informasi
Orang
lain merupakan sumber informasi yang penting. Sering kali mereka mengetahui
sesuatu yang tidak kita ketahui, dengan melakukan apa yang mereka lakukan, kita
akan memperoleh manfaat dari pengetahuan mereka.
b. Kepercayaan
terhadap Kelompok
Dalam
situasi konformitas, individu mempunyai suatu pandangan dan kemudian menyadari
bahwa kelompoknya mnganut pandangan yang bertentangan. Individu ingin
memberikan informasi yang tepat. oleh karena itu, semakin besar kepercayaan
individu terhadap kelompok sebagai sumber informasi yang benar, maka semakin
besar pula kemungkunan untuk menyesuaikan diri terhadap kelompok.
c. Kepercayaan
diri yang lemah
Salah
satu faktor yang sangat mempengaruhi rasa percaya diri dan tingkat konformitas
adalah tingkat keyakinan orang tersebut kepada kemampuannya sendiri untuk
menampilkan suatu reaksi. Semakin lemah kepercayaan sesesorang akan
penilaiannya sendiri, maka semakin tinggi tingkat konformitasnya. Semaliknya,
jika dia yakin akan kemampuannya sendiri akan penilaian terhadap sesuatu hal,
maka semakin turun tingkat konformitasnya.
d. Rasa takut
terhadap celaan sosial
Celaan
sosial memberikan efek yang signitif terhadap sikap individu karena pad
dasarnya setiap manusia cenderung mengusahakan persetujuan dan menghindari
celaan kelompok dalam setiap tindakannya. Tetapi sejumlah faktor akan
menentukan bagaiman pengaruh persetujuan dan celaan terhadap tingkat
konformitas individu.
e. Rasa Takut
terhadap penyimpangan
Rasa
takut dipandang sebagai orang yang menyimpang merupakan faktor dasar hampir
dalam semua situasi sosial. Kita tidak mau dilihat sebagai orang yang lain dari
yang lain, kita tidak ingin tampak seperti orang lain. Kita ingin agar kelompok
tempat kita berada menyukai kita, memperlakukan kita dengan baik, dan siap
menerima kita.
f.
Kekompakan kelompok
Konformitas
juga dipengaruhi oleh eratnya hubungan antara individu dengan kelompoknya.
Kekompakan yang tinggi menimbulkan konformitas yang semakin tinggi.
g. Kesepakatan
kelompok
Orang
yang dihadapkan pada keputusan kelompok yang sudah bulat akan mendapat tekanan
yang kuat untuk menyesuaikan pendapatnya. Namun bila kelompok tidak bersatu
akan tampak adanya penurunan tingkat konformitas.
h. Ukuran
kelompok
Konformitas
akan meningkatkan bila ukuran mayoritas yang sependapat juga meningkat,setidak-tidaknya
sampai tingkat tertentu. Namun, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Wilder (1977) disimpulkan bahwa ukuran kelompok terhadap tingkat konformitas
tidak terlalu besar, melainkan jumlah pendapat lepas dari kelompok yang berbeda
atau dari individu merupakan pengaruh utama.
i.
Ketertarikan pada penilaian bebas
Orang
yang secara terbuka dan bersungguh-sungguhterikat suatu penilaian bebas akan
lebih enggan untuk menyesuaikan diri terhadap penilaian kelompok yang
berlainan, atau dengan kata lain ketertarikan sebagai kekuatan total yang
membuat seseorang mengalami kesulitan untuk melepaskan suatu pendapat.
j.
Ketertarikan terhadap Non-Konformitas
Orrang
yang tidak menyesuiakan diri terhadap percobaan-percobaan awal cenderung
terkait pada perilaku konformitas ini, Orang yang sejak awal menyesuiakan diri
akan tetap terikat pada perilaku itu.
II. Penyimpangan
dalam Kelompok
Penyimpangan adalah relatif terhadap
norma suatu kelompok atau masyarakat. Karena norma berubah maka penyimpanganpun
berubah. Sulit untuk menentukan suatu penyimpangan karena tidak semua orang
menganut norma yang sama sehingga da perbedaan mengenai apa yang menyimpang dan
tidak menyimpang. Orang yang di anggap menyimpang adalah orang yang berperilaku
menyimpang, Tetapi perilaku menympang bukanlah kondisi yang perlu untuk menjadi
seseorang menyimpang. Penyimpang adalah orang-orang yang mengadopsi peran
penyimpang atau disebut penyimpang sekunder. Para penyimpang mempelajari peran
penyimpang dan pola-pola perilaku menyimpang sama halnya dengan orang normal
yang mempelajari peran dan norma sosial yang normal. Untuk mendapatkan
pemahaman yang penuh terhadap penyimpangan diperlukan pengetahuan tenteng
proses keterlibatan melakukan perilaku menyimpang dan peran serta tindakan
korbannya.
Penyimpangan diartikan sebagai suatu
proses. Perilaku menyimpang adalah perilaku manusia yang dapat dimengerti hanya
dengan kerangka kerja perilaku dan pikiran manusia lainnya. Seseorang menjadi
penyimpang sama halnya dengan seseorang menjadi apa saja, yaitu dengan proses
belajar norma dan nilai suatu kelompok dan penampilan peran sosial. Ada nilai
norma dan ada nilai menyimpang. Perbedaannya adalah isi nilai, norma, dan
peran. Melihat penyimpangan dalam konteks norma sosial membuat kita dapat
melihat dan mengintepretasikan arti penyimpangan bagi penyimpang dan orang
lain. Peran ppenyimpang adalah peran yang kuat karena cenderung menutupi peran
lain yang dimainkan seseorang.
- Teori-teori umum tentang perilaku menyimpang
Teori-teori umum tentang penyimpangan berusaha
menjelaskan semua contoh penyimpangan sebanyak mungin dalam bentuk apapun
(misalnya kejahatan, gangguan mental, bunah diri,dll). Berdasarkn perpektifnya,
patologi sosial menyamakan masyrakat dengan suatu organisme biologis dan
penyimpangan disamakan dengan kesakitan atau patologi dalam organisme itu,
berlawanan dengan model pemikiran medis daripada psikolog dan psikiatris.
Perspektif disorganisasi sosial memberikan pengertian penyimpangan sebagai
kegagalan fungsi lembaga-lembaga komunitas lokal. Masing-masing
pandangan ini penting bagi tahap perkembangan teoritis dalam megkaji
penyimpangan.
Adapun teori umum yang dipelajari dalam
ilmu sosiologi adalah sebagai berikut:
- Teori Anomi
Teori Anomi menempatkan ketidakseimbangan nilai dan norma
dalam masyarakat sebagai penyebab penyimpangan, dimana tujuan-tujuan budaya
lebih ditekankan daripada cara-cara yang tersedia untuk mencapai tujuan-tujuan
budaya itu. Individu dan kelompok dalam masyarakat seperti itu harus
menyesuaikan diri dan beberapa bentuk penyesuaian diri itu bisa dijadikan
sebagai sebuah penyimpangan. Sebagian besar orang menganut norma-norma
masyarakat dalam waktu yang lama, sementara orang atau kelompok yang lainnya
melakukan penyimpangan. Kelompok yang mengalami lebih banyak ketegangan karena
ketidakseimbangan ini (misalnya orang-orang kelas bawah lebih
cenderungmengadaptasi penyimpangan daripada kelompok lainnya.
Teori sosiologi atau teori belajar memandang penyimpangan
muncul dari konflik normatif dimana individu dan kelompok belajar norma-norma
yang membolehkan penyimpangan dalam keadaan tertentu. Pembelajaran ini bisa
menadopsi norma-norma dan nilai-nilai yang menetapkan penyimpangan diinginkan
atau dibolehkan dalam keadaan tertentu. Teori sosiologi tentang penyimpangan
mempunyai asumsi bahwa individu disosialisasikan untuk menjadi anggota kelompok
atau masyarakat secara umum.
- Teori Labeling
Teori-teori umum tentang penyimpangan mencoba menjelaskan
semua bentuk penyimpangan. Tetapi teori-teori terbatas lebih mempunyai lingkup
penjelasan yang terbatas. Beberapa teori terbatas adalah untuk jenis
penyimpangan tertentu saja, atau untuk bentuk substansi penyimpangan tertentu
(seperti alkoholisme, dan bunuh diri). Atau dibatasi untuk menjelaskan tindakan
menyimpang bukan perilaku menyimpang. Dalam bab ini perpspektif-perspektif labeling, kontrol dan konflik adalah
contoh-contoh teori-teori terbatas yang didiskusikan.
Perspektif labeling mengetengahkan pendekatan interaksionisme
dengan berkonsentrasi pada konsekuensi interaksi antar penyimpang dengan agen
kontrol sosial. Teori ini memperkirakan bahwa pelaksanaan kontrol sosial
menyebabkab penyimpangan, sebab pelaksanaan kontrol sosial tersebut mendorong
orang masuk kedalam peran penyimpang. Ditupnya peran konvensional bagi
seseorang deengan pemberian stigma dan label, menyebabkan orang tersebut dapat
menjadi penyimpang sekunder, khususnya dalam mempertahankan diri dari pemberian
label. Untuk masuk kembali kedalam peran sosial konvensional yang tidak
menyimpang adalah berbahaya dan individu merasa teralienasi. Menurut teori labeling,
pemberian sanksi dan label yang dimaksudkan untuk mengontrol penyimpangan malah
menghasilkan sebaliknya.
- Teori Kontrol
Perspektif kontrol adalah perspektif yang terbatas untuk
penjelasan dilikuensi dan kejahatan. Teori ini meletakkan penyebab kejahatan
pada lemahnya ikatan individu atau ikatan sosial dengan masyarakat, atau macetnya
integrasi sosial. Kelompok-kelompok yang lemah ikatan sosialnya (misalnya,
kelas bawah yang cenderung melanggar hukum karena merasa sedikit terikat dengan
peraturan konvensional. Jika sesorang merasa dekat dengan kelompok
konvensional, sedikit sekali kecenderungan menyimpang dari aturan-aturan
kelompoknya. Tetapi jika ada jarak sosial sebagai hasil dari putusnya ikatan,
seseorang merasa lebih bebas untuk menyimpang.
- Teori-teori Individu tentang Penyimpangan
Pendekatan
individu tentang penyimpangan mengaitkan proses menjadi penyimpang dengan
sesuatu yang ada dalam diri manusia, psikologi atau biologi. Teori individual
sama dengan model pandangan medis yang mengaitkan penyimpangan dengan
kesakitan, yang membutuhkan perawatan dan penyembuhan. Pandangan psikiatri dan
psikoanalisis adalah sama dalam hal mencari akar penyimpangan pada pengalaman
masa kecil, tetapi pandangan psikoanalisis lebih menekankan pada
keterbelakangan dalam perkembangan kepribadian, konfilk seksual dan alam
pikiran bawah sadar. Tetapi tidak ada metode yang dapat membuktikan perbedaan
yang konsisten antara penyimpangan dan non penyimpangan berdasarkan kepribadian
bawaan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tidak semua perikalu yang
sesuai dengan norma kelompok terjadi karena ketaatan. Sebagian terjadi karena orang memang sekedar
berperikalu sama dengan orang lain. Perilaku saama dengan orang lain yang
didorong oleh keinginan sendiri ini dinamakan konformitas.
Penyimpangan adalah relatif
terhadap norma suatu kelompok atau masyarakat. Karena norma berubah maka
penyimpangan berubah, sebagai manusia yang cenderung bersifat konformis maka ia
berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
B. SARAN
Untuk menghargai penyimpangan
adalah dengan cara memahami, bukan dengan menyetujui apa yang dipahami oleh
penyimpang. Sehingga ketika konformitas yang dilakukan, diharapkan dalam
kerangka positif.
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, E. B. 1994. Psikologi Perkembagan:
Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Ke-5 Alih bahasa: Wasana. Jakarta; Erlangga.
-------------. 1999. Psikologi Sosial:
Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka
file://D:/konformitas/Konformitas%20Dan%20Penyimpangan%20%C2%AB%20SOSIOLOGI%20Universitas%20Syiah%20Kuala%202012.htm
Casinos in Atlanta - DRMCD
BalasHapusCasinos in Atlanta · 속초 출장안마 Casinos & Casinos in North Carolina · The 안산 출장샵 Casinos & 안산 출장안마 Gambling Hall in South Carolina · Fort 구미 출장안마 McDowell Casino · 과천 출장마사지 Grand River Casino