Jumat, 03 Mei 2013

makalah konformitas


MAKALAH
KONFORMITAS DALAM KELOMPOK DAN PENYIMPANGANNYA







Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas Dinamika Kelompok


Di susun oleh:
Nama               : ZYDA RIZQIA NUR
NPM               : 1111500171
Kelas               : 2C
Fakultas           : FKIP
Progdi              : Bimbingan dan Konseling





FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
UNIVERSITAS PANCA SAKTI TEGAL
2012


BAB I
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG
           
Perilaku individu atau sekelompok individu yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku secara umum dalam masyarakat sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Teori ini dikemukakan oleh Edwin M. Lemert, menururtnya seseorang berperilaku menyimpang karena proses labeling yang di berikan masyarakat kepadanya. Labeling adalah pemberian julukan, cap, atau etiket kepada seseorang. Pada awalnya seseorang melakukan “penyimpangan primer” karena itu sang pelaku penyimpang mendapatkan cap (labeling) dari masyarakat. Karena adanya label tersebut, maka sang pelaku mengidentifikasikan dirinya sebagai penyimpang dan mengulangi lagi penyimpangan itupun  menjadi suatu kebiasaan atau gaya hidup bagi pelakunya.
Sebagai manusia yang cenderung bersifat konformis, maka dia berusaha menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya, baik tingkah laku maupun pendapat. Dalam kelompok orang cenderung membentuk suatu norma sosial, yang merupakan suatu bentuk sikap penyesuaian diri seseorang dalam masyarakat/kelompok, karena dia terdorong untuk mengikuti kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang sudah ada.

B.     TUJUAN 
Makalah ini bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang Komformitas dan Penyimpangan dalam kelompok.

C.     METODE PENULISAN
Penulisan makalah menggunakan studi kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan berbagai referensi yang berkaitan dengan pembahasan makalah ini.



























1
BAB II
PEMBAHASAN

I.       Konformitas dalam kelompok
  1. Pengertian Konformitas
Muzafer Sherif (1966) yang dikutip oleh Zanden (1979) melakukan eksperimen di Colombia University, para subjek penelitian adalah 2 orang mahasiswa yang diminta memperkirakan jarak gerak suatu titik cahaya di layar dalam suatu ruang gelap. Dikala eksperimen dilakukan dengan masing-masing subjek yang terpisah, jawaban-jawaban yang diberikan cenderung berbeda satu dengan yang lain. Namun manakala eksperimen dilakukan dengan beberapa orang subjek sekaligus dan para subjek di mungkinkan untuk saling mempengaruhi, maka jawaban subjek cenderung sama. Dari eksperimen ini Sherif mnyimpulkan bahwa dalam situasi kelompok orang cenderung membentuk suatu norma sosial.
Dari hal itu pula disimpulkan bahwa menurut M. Sherif, Konformitas berarti keselarasan, kesesuaian perilaku individu-individu anggota masyarakat dengan harapan-harapan masyarakatnya, sejalan dengan kecenderungan manusia dalam kehidupan berkelompok membentuk norma sosial. Contoh: Pola memberi sumbangan, pelanggaran lalu lintas,dll.
Dari uraian mengenai berbagai pengertian “konformitas” diatas, dapat disimpulkan bahwa konformitas adalah suatu bentuk sikap penyesuaian diri seseorang dalam masyarakat/kelompok karena dia terdorong untuk mengikuti kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang sudah ada.
  1. Jenis Konformitas
a.       Compliaance          : Konformitas yang benar-benar bertentangan dengan keinginan kita, dialkukan untuk mendapatkan hadiah atau menghindari hukuman.
b.      Acceptance            : Konformitas yang di lakukan karena adanya beberapa hal yang di jadikan sebagai alasan.
                             
  1. Kapan manusia melakukan konformitas?
a. Ketika keputusan sudah dibuat atau pokok bahasan yang dibicarakan  dirasa tidak kompeten.
b. Konformitas tinggi pada saat tiga atau lebih orang dalam grup kohesif unanifmous mempunyai status sosial yang tinggi.
( kohesi = merasa/ mengingat, unanimous= kesepakatan ).
  1. Alasan orang melakukan konformitas
a. Keinginan sesesorang untuk memenuhi harapan orang lain atau mengupayakan penerimaan/penyesuaian diri
b. Perilaku orang lain memberikan informasi  yang bermanfaat.
      5. Hal-hal yang mempengaruhi adanya konformitas ( David O. Sears, Jonathan L
.       Freedman, L. Anne Peplau).
a.       Kurangnya Informasi
Orang lain merupakan sumber informasi yang penting. Sering kali mereka mengetahui sesuatu yang tidak kita ketahui, dengan melakukan apa yang mereka lakukan, kita akan memperoleh manfaat dari pengetahuan mereka.
b.      Kepercayaan terhadap Kelompok
Dalam situasi konformitas, individu mempunyai suatu pandangan dan kemudian menyadari bahwa kelompoknya mnganut pandangan yang bertentangan. Individu ingin memberikan informasi yang tepat. oleh karena itu, semakin besar kepercayaan individu terhadap kelompok sebagai sumber informasi yang benar, maka semakin besar pula kemungkunan untuk menyesuaikan diri terhadap kelompok.
c.       Kepercayaan diri yang lemah
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah tingkat keyakinan orang tersebut kepada kemampuannya sendiri untuk menampilkan suatu reaksi. Semakin lemah kepercayaan sesesorang akan penilaiannya sendiri, maka semakin tinggi tingkat konformitasnya. Semaliknya, jika dia yakin akan kemampuannya sendiri akan penilaian terhadap sesuatu hal, maka semakin turun tingkat konformitasnya.
d.      Rasa takut terhadap celaan sosial
Celaan sosial memberikan efek yang signitif terhadap sikap individu karena pad dasarnya setiap manusia cenderung mengusahakan persetujuan dan menghindari celaan kelompok dalam setiap tindakannya. Tetapi sejumlah faktor akan menentukan bagaiman pengaruh persetujuan dan celaan terhadap tingkat konformitas individu.
e.       Rasa Takut terhadap penyimpangan
Rasa takut dipandang sebagai orang yang menyimpang merupakan faktor dasar hampir dalam semua situasi sosial. Kita tidak mau dilihat sebagai orang yang lain dari yang lain, kita tidak ingin tampak seperti orang lain. Kita ingin agar kelompok tempat kita berada menyukai kita, memperlakukan kita dengan baik, dan siap menerima kita.
f.        Kekompakan kelompok
Konformitas juga dipengaruhi oleh eratnya hubungan antara individu dengan kelompoknya. Kekompakan yang tinggi menimbulkan konformitas yang semakin tinggi.
g.       Kesepakatan kelompok
Orang yang dihadapkan pada keputusan kelompok yang sudah bulat akan mendapat tekanan yang kuat untuk menyesuaikan pendapatnya. Namun bila kelompok tidak bersatu akan tampak adanya penurunan tingkat konformitas.
h.       Ukuran kelompok
Konformitas akan meningkatkan bila ukuran mayoritas yang sependapat juga meningkat,setidak-tidaknya sampai tingkat tertentu. Namun, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wilder (1977) disimpulkan bahwa ukuran kelompok terhadap tingkat konformitas tidak terlalu besar, melainkan jumlah pendapat lepas dari kelompok yang berbeda atau dari individu merupakan pengaruh utama.
i.         Ketertarikan pada penilaian bebas
Orang yang secara terbuka dan bersungguh-sungguhterikat suatu penilaian bebas akan lebih enggan untuk menyesuaikan diri terhadap penilaian kelompok yang berlainan, atau dengan kata lain ketertarikan sebagai kekuatan total yang membuat seseorang mengalami kesulitan untuk melepaskan suatu pendapat.
j.        Ketertarikan terhadap Non-Konformitas
Orrang yang tidak menyesuiakan diri terhadap percobaan-percobaan awal cenderung terkait pada perilaku konformitas ini, Orang yang sejak awal menyesuiakan diri akan tetap terikat pada perilaku itu.

II. Penyimpangan dalam Kelompok
            Penyimpangan adalah relatif terhadap norma suatu kelompok atau masyarakat. Karena norma berubah maka penyimpanganpun berubah. Sulit untuk menentukan suatu penyimpangan karena tidak semua orang menganut norma yang sama sehingga da perbedaan mengenai apa yang menyimpang dan tidak menyimpang. Orang yang di anggap menyimpang adalah orang yang berperilaku menyimpang, Tetapi perilaku menympang bukanlah kondisi yang perlu untuk menjadi seseorang menyimpang. Penyimpang adalah orang-orang yang mengadopsi peran penyimpang atau disebut penyimpang sekunder. Para penyimpang mempelajari peran penyimpang dan pola-pola perilaku menyimpang sama halnya dengan orang normal yang mempelajari peran dan norma sosial yang normal. Untuk mendapatkan pemahaman yang penuh terhadap penyimpangan diperlukan pengetahuan tenteng proses keterlibatan melakukan perilaku menyimpang dan peran serta tindakan korbannya.
            Penyimpangan diartikan sebagai suatu proses. Perilaku menyimpang adalah perilaku manusia yang dapat dimengerti hanya dengan kerangka kerja perilaku dan pikiran manusia lainnya. Seseorang menjadi penyimpang sama halnya dengan seseorang menjadi apa saja, yaitu dengan proses belajar norma dan nilai suatu kelompok dan penampilan peran sosial. Ada nilai norma dan ada nilai menyimpang. Perbedaannya adalah isi nilai, norma, dan peran. Melihat penyimpangan dalam konteks norma sosial membuat kita dapat melihat dan mengintepretasikan arti penyimpangan bagi penyimpang dan orang lain. Peran ppenyimpang adalah peran yang kuat karena cenderung menutupi peran lain yang dimainkan seseorang.

  1. Teori-teori umum tentang perilaku menyimpang
Teori-teori umum tentang penyimpangan berusaha menjelaskan semua contoh penyimpangan sebanyak mungin dalam bentuk apapun (misalnya kejahatan, gangguan mental, bunah diri,dll). Berdasarkn perpektifnya, patologi sosial menyamakan masyrakat dengan suatu organisme biologis dan penyimpangan disamakan dengan kesakitan atau patologi dalam organisme itu, berlawanan dengan model pemikiran medis daripada psikolog dan psikiatris. Perspektif disorganisasi sosial memberikan pengertian penyimpangan sebagai kegagalan fungsi lembaga-lembaga komunitas lokal. Masing-masing pandangan ini penting bagi tahap perkembangan teoritis dalam megkaji penyimpangan.
      Adapun teori umum yang dipelajari dalam ilmu sosiologi adalah sebagai berikut:
  1. Teori Anomi
Teori Anomi menempatkan ketidakseimbangan nilai dan norma dalam masyarakat sebagai penyebab penyimpangan, dimana tujuan-tujuan budaya lebih ditekankan daripada cara-cara yang tersedia untuk mencapai tujuan-tujuan budaya itu. Individu dan kelompok dalam masyarakat seperti itu harus menyesuaikan diri dan beberapa bentuk penyesuaian diri itu bisa dijadikan sebagai sebuah penyimpangan. Sebagian besar orang menganut norma-norma masyarakat dalam waktu yang lama, sementara orang atau kelompok yang lainnya melakukan penyimpangan. Kelompok yang mengalami lebih banyak ketegangan karena ketidakseimbangan ini (misalnya orang-orang kelas bawah lebih cenderungmengadaptasi penyimpangan daripada kelompok lainnya.
Teori sosiologi atau teori belajar memandang penyimpangan muncul dari konflik normatif dimana individu dan kelompok belajar norma-norma yang membolehkan penyimpangan dalam keadaan tertentu. Pembelajaran ini bisa menadopsi norma-norma dan nilai-nilai yang menetapkan penyimpangan diinginkan atau dibolehkan dalam keadaan tertentu. Teori sosiologi tentang penyimpangan mempunyai asumsi bahwa individu disosialisasikan untuk menjadi anggota kelompok atau masyarakat secara umum.
  1. Teori Labeling
Teori-teori umum tentang penyimpangan mencoba menjelaskan semua bentuk penyimpangan. Tetapi teori-teori terbatas lebih mempunyai lingkup penjelasan yang terbatas. Beberapa teori terbatas adalah untuk jenis penyimpangan tertentu saja, atau untuk bentuk substansi penyimpangan tertentu (seperti alkoholisme, dan bunuh diri). Atau dibatasi untuk menjelaskan tindakan menyimpang bukan perilaku menyimpang. Dalam bab ini perpspektif-perspektif  labeling, kontrol dan konflik adalah contoh-contoh teori-teori terbatas yang didiskusikan.
Perspektif labeling mengetengahkan pendekatan interaksionisme dengan berkonsentrasi pada konsekuensi interaksi antar penyimpang dengan agen kontrol sosial. Teori ini memperkirakan bahwa pelaksanaan kontrol sosial menyebabkab penyimpangan, sebab pelaksanaan kontrol sosial tersebut mendorong orang masuk kedalam peran penyimpang. Ditupnya peran konvensional bagi seseorang deengan pemberian stigma dan label, menyebabkan orang tersebut dapat menjadi penyimpang sekunder, khususnya dalam mempertahankan diri dari pemberian label. Untuk masuk kembali kedalam peran sosial konvensional yang tidak menyimpang adalah berbahaya dan individu merasa teralienasi. Menurut teori labeling, pemberian sanksi dan label yang dimaksudkan untuk mengontrol penyimpangan malah menghasilkan sebaliknya.
  1. Teori Kontrol
Perspektif kontrol adalah perspektif yang terbatas untuk penjelasan dilikuensi dan kejahatan. Teori ini meletakkan penyebab kejahatan pada lemahnya ikatan individu atau ikatan sosial dengan masyarakat, atau macetnya integrasi sosial. Kelompok-kelompok yang lemah ikatan sosialnya (misalnya, kelas bawah yang cenderung melanggar hukum karena merasa sedikit terikat dengan peraturan konvensional. Jika sesorang merasa dekat dengan kelompok konvensional, sedikit sekali kecenderungan menyimpang dari aturan-aturan kelompoknya. Tetapi jika ada jarak sosial sebagai hasil dari putusnya ikatan, seseorang merasa lebih bebas untuk menyimpang.
  1. Teori-teori Individu tentang Penyimpangan
Pendekatan individu tentang penyimpangan mengaitkan proses menjadi penyimpang dengan sesuatu yang ada dalam diri manusia, psikologi atau biologi. Teori individual sama dengan model pandangan medis yang mengaitkan penyimpangan dengan kesakitan, yang membutuhkan perawatan dan penyembuhan. Pandangan psikiatri dan psikoanalisis adalah sama dalam hal mencari akar penyimpangan pada pengalaman masa kecil, tetapi pandangan psikoanalisis lebih menekankan pada keterbelakangan dalam perkembangan kepribadian, konfilk seksual dan alam pikiran bawah sadar. Tetapi tidak ada metode yang dapat membuktikan perbedaan yang konsisten antara penyimpangan dan non penyimpangan berdasarkan kepribadian bawaan.





                                                                                               




BAB III
PENUTUP


A.     KESIMPULAN

Tidak semua perikalu yang sesuai dengan norma kelompok terjadi karena ketaatan. Sebagian terjadi karena orang memang sekedar berperikalu sama dengan orang lain. Perilaku saama dengan orang lain yang didorong oleh keinginan sendiri ini dinamakan konformitas.
Penyimpangan adalah relatif terhadap norma suatu kelompok atau masyarakat. Karena norma berubah maka penyimpangan berubah, sebagai manusia yang cenderung bersifat konformis maka ia berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

B.     SARAN

Untuk menghargai penyimpangan adalah dengan cara memahami, bukan dengan menyetujui apa yang dipahami oleh penyimpang. Sehingga ketika konformitas yang dilakukan, diharapkan dalam kerangka positif.












DAFTAR PUSTAKA







Hurlock, E. B. 1994. Psikologi Perkembagan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Ke-5 Alih bahasa: Wasana. Jakarta; Erlangga.

-------------. 1999. Psikologi Sosial: Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka


file://D:/konformitas/Konformitas%20Dan%20Penyimpangan%20%C2%AB%20SOSIOLOGI%20Universitas%20Syiah%20Kuala%202012.htm

1 komentar:

  1. Casinos in Atlanta - DRMCD
    Casinos in Atlanta · 속초 출장안마 Casinos & Casinos in North Carolina · The 안산 출장샵 Casinos & 안산 출장안마 Gambling Hall in South Carolina · Fort 구미 출장안마 McDowell Casino · 과천 출장마사지 Grand River Casino

    BalasHapus